Diam-diam para perempuan pekerja 'papitra' (panti pijat tradisional)
dapat saingan baru, lelaki pemijat. Dalam arti, kini bukan cuma
lelaki saja yang butuh dipijat oleh prempuan pemijat. Perempuan pun
tak mau kalah, suka dipijat oleh lelaki pemijat. Apanya
yang 'dipijat'? Siapa saja pelanggannya?
Cobalah sesekali jelajahi kolom-kolom iklan di sebuah media cetak
Ibukota. Nah, pada kolom 'panti pijat', Anda akan temukan iklan-
iklan lelaki pemijat yang menawarkan jasanya. Meskipun tak
menawarkan pelayanan seksual, iklan-iklan itu secara terselubung
mengarah ke situ juga. "Khusus wanita karir. Sembuhkan frigid dan
menambah gairah." Begitu salah satu bunyi iklan. Ada lagi: "Menerima
panggilan khusus. Kami datang dengan tenaga lelaki muda".
Apakah benar lelaki-lelaki pemijat itu memang menyediakan pelayanan
sebagaimana diiklankan, yakni untuk menyembuhkan keluhan berbagai
penyakit yang diderita kaum perempuan? "Awalnya memang begitu, tapi
kalau akhirnya dia terangsang dan mengajak making love, ya mau nggak
mau saya ladenin," aku M, seorang lelaki pemijat ketika dihubungi
per telepon.
Cobalah ke jalan D di Jakarta Timur. Berada di sebuah gang, Mario -
bukan nama sebenarnya - membuka panti pijat untuk semua jenis
kelamin.Tapi entah mengapa, yang datang ke situ hampir semuanya
berjenis kelamin 'betina'. "Mungkin karena di iklan saya tulisa,
pijat khusus perempuan," katanya berterus terang.
Memijat perempuan, kata Mario, diakuinya memang mengasyikkan. Lelaki
asal Solo, Jawa Tengah ini terus terang tak mau disebut pemijat. Dia
lebih suka disebut terapis. "Karena ada unsur penyembuhannya," kata
bujangan yang mengaku belajar seni massage dari seorang 'terapis
tulen'. Dia tak memilih-milih jenis penyakit yang ditangani. Pusing-
pusing, gelisah, sakit maag, hingga kurang bergairah ia tangani
dengan tuntas.
Menariknya, demikian kata Mario, pasien perempuan umumnya umumnya
mengeluh sakit kepala, pusing, tak bisa tidur dan gelisah. Untuk
itu, tentu Mario akan memberikan pijatan dan ramu-ramuan bikinannya
sendiri. Ramuan itu merupakan racikan turun temurun yang diberikan
nenek moyangnya.
Nah, pada saat pemijatan, tentu saja pasien harus membuka
pakaiannya. "Sebagai lelaki normal, saya bergairah melihat tubuh
mulus tergeletak di depan saya. Tapi saya harus bisa menahan diri
karena saya sedang melakukan penyembuhan," ungkapnya. Tapi dia buru-
buru menyambung, "Memang sih ada juga perempuan yang terangsang dan
akhirnya mengajak make love setelah beberapa saat saya pijat".
Namun, aha, pijatan itu dilakukan di seluruh tubuh, bukan cuma kaki
atau punggung saja, tetapi juga daerah-daerah sensitif di
sekitar 'segitiga pengaman'. Bahkan juga ke bagian dada. Kalau
keluhan pasien itu bermuara ke masalah seks? Mario tertawa. "Sebagai
terapis, ya... saya harus membantu menyembuhkan keluhannya,"
ungkapnya sambil tersenyum penuh arti. Terapi yang dimaksud tentu
memberi kepuasan seksual pada perempuan yang membutuhkannya.
SUMBER :
0 KOMENTAR ANDA:
Posting Komentar