Masyarakat di wilayah perbatasan Kecamatan Krayan dan Sebuku Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur . Masih memiliki ketergantungan, dengan Negara Bagian Serawak Malaysia. Bahkan, sebagian perdagangan dilakukan secara tradisional yang tidak adil dan cenderung merugikan warga Indonesia. Salah satu tokoh masyarakat dayak, Ingkong Ala menjelaskan. Masyarakat perbatasan yang melakukan jual beli ke Negara tetangga, kerap kali menerima perlakukan tidak adil.
Salah satunya, barang yang dibeli warga Indonesia lebih mahal ketimbang dibeli oleh warga Serawak. Selain itu, barang yang di bawa dari perbatasan seperti hasil, tani berupa beras dan lainnya, di jual dengan harga sangat murah.
“Bukan enak-enak itu kalau masyarakat di perbatasan berdagang sama orang Malaysia, harga-harga yang di kasih semua mahal-mahal, mereka tahu kalau warga Indonesia sulit mencari di Negaranya sendiri” jelasnya pada Reporter Grass FM Tarakan.
Ingkong menegaskan, kondisi 2 kecamatan yang terisolasi itu memaksa masyarakat setempat, untuk melakukan transaksi dengan Serawak Malaysia. Karena lebih dekat jarak yang ditempuh, ketimbang menuju wilayah perkotaan di Kabupaten Nunukan atau Kabupaten Malinau.
“Saya yakin masyarakat di sana juga tidak ingin berdagang dengan Malaysia, tapi apa boleh buat mereka sulit mencari tempat menjual hasil panennya, sementara menjual ke perkotaan di Nunukan atau Malinau, harus menggunakan pesawat, tapi pesawat tidak boleh mengangkut sembako” ucapnya yang menjelaskan warga ke Malaysia, hanya menggunakan kendaraan gerobak atau berjalan kaki.
Kecamatan Sebuku dan Krayan di Kabupaten Nunukan, merupakan 2 wilayah yang juga berhadapan langsung dengan Negara Bagian Serawak Malaysia. Wilayah ini, terisolasi karena adanya Taman Nasional Hutan Kayan Mentarang. Sehingga sangat sulit membuka akses jalan dari dan menuju kedua kecamatan itu. (yko – grass fm tarakan)
SUMBER KUTIPAN : GRASSFM.COM
0 KOMENTAR ANDA:
Posting Komentar